At least not at last, satu lagi masa-masa sulit dalam hidup saya hampir berhasil saya lewati. Sebentar lagi, saya akan diwisuda. Sungguh bukan perihal mudah untuk sampai pada kenyataan membahagiakan ini. Saya butuh waktu berbulan-bulan berkutat dengan laporan akhir saya. Saya harus menyelesaikan laporan dan pembuatan alat secara bersamaan sebelum deadline semakin dekat. Belum lagi kenyataan bahwa dosen pembimbing begitu sulit ditemui ditambah lagi revisi-revisi yang tidak pernah bersahabat. Saya harus merelakan waktu tidur dan istirahat berkurang. Saya juga harus memangkas waktu menonton atau sekedar pergi ke mall. Kantung mata pun makin hari makin menghitam, jerawat yang mulai bermunculan. Haha saya terlalu banyak menegluh.
Tapi sungguh, semua ini tidak akan menjadi lebih mudah tanpa orang -orang disekeliling saya. Orang tua saya, mereka partisipan paling berpengaruh dalam memotivasi saya, mendukung secara moril dan materil. Saya tidak pernah kehabisan perhatian secuil pun. Adik saya, dia selalu punya cara untuk membuat saya lebih bersemangat. Saya mencintainya terus dan terus. Dan lelaki saya, i couldn't ask for another man. Dia lelaki terbaik yang pernah saya temui sejauh ini. Dia selalu rela menghadapi saya yang sering uring-uringan, selalu bersedia mengantar jemput saya kemanapun saya pinta. Lelaki saya ini membuat saya semakin tidak ingin melihat laki-laki lainnya. Teman-teman saya, mereka selalu menjadi tempat bertukar cerita, tentang masalah apa saja yang kami lewati hari ini.
Dan hari itu, hari dimana nama saya akan dibubuhkan embel-embel gelar dibelakangnya, akan segera tiba. Saya akan menjadi luar biasa bahagia sekaligus sedih. Bahagia karena saya akan melihat senyum orang tua saya mengembang di wajah mereka. Sedih karena tidak akan ada lagi kebersamaan seintens itu bersama sahabat-sahabat saya. Terimakasih ya Allah karunia-Mu atas orang-orang yang luar biasa ini.