Tentang Saya

Jumat, 28 Juni 2013

Karena Dusta Itu Lebih Indah

Kematian   : Kenapa orang-orang menyukaimu, tapi mereka amat membenciku?
Kehidupan : Karena aku adalah dusta yang indah, sedangkan kau adalah kebenaran yang menyakitkan.
(Tere Liye)

Rabu, 26 Juni 2013

Sometimes, We Need to Judge the Book by it's Cover.







Yes! Sometimes, we need to judge the book by it's cover!

       Belum pernah ngebayangin sebelumnya kalo dunia perkuliahan itu sekeras ini. Dulunya, setiap nonton ftv yang tokohnya anak-anak kuliah itu berasa pingin banget, bisa kongkow kapan aja, pake baju-baju bagus tiap harinya, dan gak perlu takut kalo lupa buat pr, dan yg jelas, anak kuliahan itu gak perlu takut dihukum kalo gak bawak topi tiap upacara hari senin. Kalo gak ada jam kuliah, bisa duduk-duduk ditaman kampus sambil ngeliatin anak kece dari jurusan lain.
       
Well, and time flows

       Dan ngerasain juga gimana jadi anak kuliahan. Gosh! Ekspektasi aku tentang anak kuliahan selama ini buyar, udah gitu aja. Terlepas dari wacana-wacan temen yang bilang kalo kita salah jurusan, kuliah itu emang berat broh! Yes, katakanlah aku gak expert di bidang ini, aku suka sastra, tulis-menulis, literasi, dan masuk jurusan teknik komputer itu sama sekali bukan ide bagus. 
       Tercatat sebagai mahasiswi semester 4 jurusan Teknik Komputer di kampus unggulan bukan main bangganya, ada banyak bahkan ribuan orang yang memperbutkan kursi kebesaran kita dikampus ini. But, namanya juga hidup, yang namanya ngeluh pasti ada. Kita dihadapin sama tugas-tugas berat, job-job besar tiap akhir semester, lengkap dengan deadline yang 'tried to kill', dosen-dosen yang kompeten menstandarisasikan mahasiswanya dengan kampus-kampus unggulan nasional setara ITB. Ya, emang bagus sih, kalo tiap akhir semester pulang malem dengan persendian retak (oke ini agak lebay) dan bangun pagi dengan kantung mata menghitam itu juga masuk kategori bagus? Hmm
       Aku nulis ini bukan dengan maksud mengintimidasi mahasiswa kampus lain atau sombong-sombongan, cuma hasil pemikiran beberapa hari terakhir ini. Kadang, kita emang butuh ngelihat suatu hal dari covernya. Perguruan tinggi berakreditasi baik atau unggulan itu emang biasanya menghasilkan bibit-bibit yang baik juga. Pun dosen-dosen yang bener-bener expert dibidangnya itu gak jarang menjadikan mahasiswa yang siap bersaing dan berkualitas juga. Bukan cuma kuliah asal-asalan yang kalo waktunya selesai kuliah ya tinggal nerima ijazah.

       Dan akhir-akhir ini aku lagi berusaha keras buat gak jadi pengeluh, karena kata mama harus pandai-pandai bersyukur. Karena banyak orang yang rela berdarah-darah demi untuk mendapatkan apa yang udah kita miliki selama ini.

Para pengeluh tidak akan mendapatkan selain apa yang mereka keluhkan

listening: Selena Gomez - Who Says

Kamis, 20 Juni 2013

Rahasia Tulisan Tere Liye

       


      Tidak ada tulisan yang buruk, kecuali memang buruk isinya, penuh keburukan. Tidak ada tulisan yang baik, kecuali memang baik isinya, penuh kebaikan. Tidak ada tulisan yang buruk atau baik hanya karena gaya bahasa, titik koma, salah ketik dan sebagainya. Bahkan saat manusia pertama kali mengenal tulisan, hanya lewat simbol-simbol terbatas, bukan 26 abjad huruf latin seperti sekarang, tetap saja dia baik atau buruk tergantung isinya.

       Tidak ada tulisan yang menyudutkan, kecuali bagi pembaca yang bahkan sebelum membaca memang sudah tersudut. Tidak ada tulisan menyalahkan, kecuali bagi pembaca yang sejak awal sudah merasa bersalah. Tidak ada tulisan yang bisa berakibat sejenis ini kecuali pembacanya yang membiarkannya terjadi. Simpel saja, saya menulis tentang kasus partai tertentu (dalam bahasa Inggris), dimuat di media internasional, penuh kalimat keras dan menohok. Coba saja tulisan itu dibaca oleh orang-orang yang tinggal di London, New York, mereka merasa baik-baik saja. So what gitu loh? Tapi saat tulisan tersebut dibaca oleh orang-orang tertentu—meski dalam bahasa yang berbeda, berubahlah tanggapannya, terlihatlah reaksinya.

       Tidak ada tulisan yang menginspirasi, kecuali bagi pembaca yang sejak memulai kalimat pertamanya memang sudah menyemai bibit pengharapan. Tidak ada tulisan yang menggugah, mengharukan, kecuali bagi pembaca yang sejak awal membacanya sudah membuka hatinya, bersiap menerima kebaikan. Tidak ada tulisan yang bisa berakibat sejenis ini kecuali pembacanya yang membiarkannya terjadi. Coba lihat, sebuah novel yang didesain begitu memotivasi, begitu membangkitkan semangat, sia-sia saja saat dibaca orang yang tidak peduli atau memang tidak suka novel. Pun sebuah novel yang ditulis penuh rasa haru, jangankan setetes air mata, yang membaca hanya menyeringai bingung, ini novel apa sih—saat dia memang tidak siap atau tidak cocok atas tulisan jenis tersebut.

Lantas apa yang membuat sebuah tulisan terlihat berbeda?

       Saya beritahu. Dalam dunia tulis menulis, rahasia terbesarnya adalah: relevansi, relevan atau tidak relevan. Apa itu relevansi? Nyambung atau nggak. Dengan bahasa yang lebih simpel, artinya adalah: “gue banget” atau nggak. Sebuah tulisan yang gue banget, selalu berhasil menyentuh sisi-sisi yang hendak dicapai penulisnya. Sebaliknya, tulisan yang tidak relevan bagi pembaca kesulitan membuat pembaca suka. Hanya itu. Tidak ada rahasia besar lainnya. Nah, maka mulailah menulis dengan paham soal relevansi ini. Pertama-tama, “gue banget” atau nggak bagi diri sendiri—seorang penulis tidak akan bahagia jika menulis tulisan yang tidak disukainya, tidak “gue banget”. Pastikan ini terlebih dahulu. Kita menulis sesuatu yang “gue banget”. Berikutnya, baru pastikan “gue banget” atau nggak bagi orang lain. “Gue banget” atau nggak bagi penerbit, pembaca, dsb-nya, dst-nya. Terutama kalau kita berharap tulisan itu dibaca banyak orang. Lain soal kalau untuk konsumsi diri sendiri.

Itulah rahasia sebuah tulisan. Simpel.
 
     Jangan lupa, sertai dengan niat baik, ketulusan, maka tulisan itu akan menjadi amat bertenaga, dan jauh sekali gaungnya. Sungguh jauh sekali gaungnya. Kita tidak pernah tahu, seorang anak remaja, tinggal di pelosok pedalaman, tiba-tiba menjadi begitu bersemangat atas masa depannya selesai membaca sebuah tulisan. Seorang anak remaja, tinggal di gemerlap kota, tiba-tiba menjadi paham dan berjanji mendengarkan nasehat orang tuanya setelah membaca sebuah tulisan. Juga pengaruh ke orang2 dewasa, juga terhadap orang2 tua. Gaung tulisan itu bisa jauh sekali.

Percayalah.

"..."



"Semua jalan adalah pintu, dan semua orang memegang kuncinya. Hanya saja, kadang kita tidak pandai membukanya. Saya sudah memegang kunci yang tepat, dan semoga saya tidak tersandung karena kebodohan saya sendiri ketika maju berjalan di dalamnya. Semoga"

-Dear Conie

Senin, 17 Juni 2013

Butuh


         

      Lalu mendapati seseorang yang membuat seluruh mu semakin ketergantungan setiap harinya bukan perihal mudah.  Ia akan mengantarkan pada kenyataan bahwa akan ada saatnya, kebutuhan akan mencapai titik puncaknya. Membutuhkannya, seperti bilangan usiamu, selalu bertambah dan menumpuk setiap harinya, meluap hingga dadamu sesak. 

Tolong peringati aku kalau-kalau kebutuhan akanmu ini menjadi abnormal.

Aku tengah begitu membutuhkan barisan jemarimu,
Bisa jadi untuk sekedar  menggenggam erat punggung tanganku di sebuah balkon di musim panas, atau bahkan membantu membukakan tutup botol minuman saat aku tengah kesulitan.

Aku tengah begitu membutuhkan lenganmu,
Membukanya lebar-lebar lalu membiarkan aku terlelap didalamnya.

Aku tengah begitu membutuhkan telingamu,
Tempat ternyaman untuk bercerita perihal apa saja yang kulewati seharian ini, oh ya memikirkanmu juga termasuk bagian ‘apa saja’.

Aku juga tengah begitu membutuhkan pundakmu.
Untuk menangis sepuasnya disana, atau sekedar untuk merebahkan kepalaku lalu menonton kartun Larva, favorit kita.

Aku tengah begitu membutuhkan kamu, untuk terus menjagaku sampai kita kehabisan usia.
Aku tengah begitu membutuhkan kamu, lalu kamu lagi, dan kamu seterusnya.

The Only Exception




Saat kamu datang ke dalam hidupku, aku pernah berpikir bahwa;
Tuhan, mungkin saja dia orangnya.
Pria yang selama ini berdiam di dalam doa-doaku.
Pria yang akan mendekapku dengan penuh kesabaran.
Pria yang akan tetap berdiri tegak dalam kelemahan-kelemahanku.
Pria yang tak pandai menuntut apa yang tak kumiliki.
Pria yang akan mencintaiku bukan karena mencari yang terbaik, tapi yang bersedia menggenapinya.

Saat kamu datang ke dalam hidupku, aku pernah berkata bahwa;
Tuhan, aku ingin Engkau menjaganya agar tak melangkah lebih jauh dari pada langkahku.

Pria hebat adalah pria yang berani jujur dengan perasaannya—walau pun itu berarti dia harus berani tampak lemah di hadapan perempuan.
Pria hebat adalah yang tak pandai mengadu keluh pada keluarganya.
Pria hebat adalah yang memandang bahwa seberapa pun kuat perempuan yang ada di sisinya, ia adalah tetap sosok makhluk yang perlu dia lindungi.

Kau tampak hebat di mataku. Dan sampai detik ini, aku masih berdoa bahwa kau memang benar sehebat itu.

Aku hanya perlu disayangi yang tanpa kebohongan dan kepura-puraan. Aku hanya perlu disayangi yang tanpa amarah dan kesombongan akan dunia. Aku hanya perlu disayangi yang tak suka menekan dan menuntut apa yang telah menjadi kelemahanku.

Aku bisa memastikan untuk selalu ada bagimu dalam setia.

Mencintaimu, bukan karena kamu yang terbaik tapi karena kamu bersedia menggenapiku. 


FalafuHakunaMatata