Tentang Saya

Sabtu, 14 Februari 2015

Count On Me

Hai.

Aku pernah berjanji untuk terus menulis surat di hari ulang tahunmu. Dan ya, hari ini aku melakukannya lagi. Percayalah bahwa aku hanya bersedia menulis surat untuk orang-orang spesial, dan kamu tahu itu berarti apa.

Ini hampir genap enam bulan sejak terakhir kita meninggalkan kampus. Enam bulan sejak kita mengabadikan foto kelulusan. Beberapa kali kita bertemu setelahnya, beberapa kali kita berkirim pesan, atau aku sekedar melihat foto liburan yang kamu unggah di internet, berharap suatu hari aku bisa mengunggah foto-foto dengan latar belakang pantai atau langit sore yang indah bersamamu atau foto kita tersenyum lebar dengan es krim meleleh di tangan kita.

Kamu ingat? Pernah di suatu pagi di tahun rahasia, kamu bertanya padaku, “Dek, kamu punya teman yang begitu kamu sayangi?” Saat itu aku hanya tersenyum mendengar pertanyaanmu. Lalu hari ini dengan yakin aku menjawabnya, tentu aku punya. Aku punya teman yang begitu aku sayangi, kamu salah satunya. Kamu tahu aku tidak pandai membual, jadi kumohon percayalah. Kita mungkin pernah berselisih paham, namun percayalah, aku akan menjadi orang yang paling sedih jika itu terjadi lagi.

Kamu adalah lawan bicara yang menyenangkan, kita bisa saling melempar lelucon berjam-jam tanpa bosan, dan boleh kukatakan, kita sering memiliki pemikiran yang sama, selain nama belakang yang juga sama tentunya. Kita boleh jadi tidak selalu berkomunikasi, tapi kumohon, ceritakan padaku keluhanmu, kirimi aku pesan saat harimu sedang tidak baik, bagilah aku ceritamu ketika kamu rasa dunia tengah mencurangimu.

Hari ini, kamu telah tiba di 15 Februari kepunyaanmu lagi. Selamat ulang tahun sahabatku. Banyak-banyaklah berbahagia, Jangan pikirkan begitu banyak kemungkinan yang membuat harimu buruk, teruslah besemangat akan mimpi-mimpimu, mereka semakin dekat. Aku tidak sabar menunggu cerita dari petualangan-petualangan besarmu. Kamu bisa mendaki gunung manapun di muka dunia, melintasi lembah manapun, bersama siapa pun. Tapi ingatlah. Aku punya telinga yang selalu menunggu untuk kau bagi ceritanya.

Aku menyayangimu sahabatku, Getha Tania yang tengah berulang tahun.

You can count on me like 1, 2, 3
I'll be there
And I know when I need it
I can count on you like 4, 3, 2
And you'll be there
'cause that's what friends are supposed to do oh yeah

#30HariMenulisSuratCinta 

Jumat, 06 Februari 2015

I'm Lucky I'm In Love With my Best Friend



Para pujangga bilang, orang yang beruntung adalah mereka yang menikahi sahabatnya sendiri. Rasanya tentu luar biasa menyenangkan. Menikahi seseorang yang dengannya kamu menghabiskan hampir seluruh usia. Lalu di jatah usia sisanya, ia masih sama setianya.

Menikahi dia,
Seseorang yang bersamanya kamu pernah belajar bagaimana cara membaca dan berhitung.
Seseorang yang pernah menyaksikan kamu cemberut sepanjang hari di sekolah karena kuncir kuda mu tidak sama tinggi.
Seseorang yang menertawakanmu karena gigi depanmu tanggal.
Seseorang yang pernah membantumu menyebrang jalan untuk pertama kali.

Kau bahkan tidak pernah menduga bahwa ia adalah takdirmu.
Saat kalian belum genap 15, ia pernah meledekmu saat kau belum punya pacar.
Ia pernah dengan tidak sengaja menjatuhkan telepon genggammu, dan kau mendiamkannya selama seminggu saat kalian sama-sama duduk di bangku smp.
Ia bahkan pernah menggodamu saat kau menggunakan make up untuk pertama kali.

Saat masuk sma, ia pernah marah padamu karena seorang anak laki-laki berusaha menawarkan tumpangan untuk mengantarmu pulang.
Ia pernah mencubit pipimu saat kau marah karena ia mengalahkanmu dalam permainan ps.
Saat kalian lulus, ia berusaha keras agar dapat masuk ke universitas sama seperti yang kau mau.

Saat ulang tahunmu yang ke 22, ia adalah orang pertama yang mengetuk pintu rumahmu tepat pukul 12 dan membawa boneka karakter kesukaanmu dalam ukuran besar.

Hingga hari ini, ia datang kepada ayahmu meminta untuk diizinkan menikahimu. Ia menahan diri agar tak melompat kegirangan sesaat setelah ayahmu mengangguk dan berkata “ya”.

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again

Listening : Jason Mraz – Lucky

#30HariMenulisSuratCinta

Rabu, 04 Februari 2015

Suatu Hari

Suatu hari, kita mungkin akan mengingat hari ini. tentang jemari yang saling bertautan, ada kekuatan di sela-selanya. 
Saling menenangkan, menyembunyikan gemetar menunggu esok kita yang akan segera tiba. 
Tentang rencana-rencana yang kita susun di masa tua.
Tentang harapan yang sering kutuang lewat aksara.

Juga tentang hidup yang tak pernah mudah. 

Kita adalah dua anak manusia yang tengah memendam cemas, “aku disampingmu” begitu bisikku berkali-kali saat kau hampir menyerah.
Dunia selalu begini, sayang. seharusnya kita saling tersenyum menguatkan.

Bukankah kita ingin mewujudkan mimpi-mimpi yang kita tulis dalam toples permohonan?

Yang harus kita lakukan adalah terus melangkah, suatu ketika, hari akan menjadi senja, kelak kita pun akan menuju senja-Nya setelah mimpi kita berwujud nyata. 

#30HariMenulisSuratCinta

Selasa, 03 Februari 2015

Zing!


Jadi begini, aku adalah mereka yang tidak benar-benar percaya pada cinta pada pandangan pertama. Yang benar saja, melihat seseorang untuk pertama kalinya lantas mengaku jatuh cinta. Cinta tidak sebercanda itu. Come on. Love-at-the-first-sight hanya milik ibu kepada bayinya. Jatuh cinta bahkan saat yang dicintainya masih berada di dalam perut.

Tapi, melihat seseorang untuk pertama kali dan merasakan sesuatu yang kau sendiri tidak dapat menyebut itu apa. Aku pernah merasakannya. Aku tahu benar seperti apa persisnya.

Suatu hari di tahun entah, aku pernah bertemu seorang laki-laki ini untuk pertama kalinya. Tahun baru saja dimulai saat kami semua mulai menghapal nama masing-masing. Hari itu ia berseragam putih abu-abu dan melangkah ke depan kelas untuk memperkenalkan diri dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Laki-laki asing ini tersenyum dan terus tersenyum. Well, kata “asing” agaknya terlalu berlebihan. Jadi laki-laki ini tersenyum, bukan ke arah ku tentu saja. Kami tidak saling mengenal. Dan saat mata kami bertemu, aku merasakan semacam “Zing”. Kau tahu zing? Ayolah, itu adalah istilah dalam film Hotel Transylvania saat seseorang bertemu takdirnya untuk pertama kali.

Aku tidak pandai membual, jadi terserah kau untuk percaya atau tidak. Aku tidak pernah tahu bahwa itu “Zing”, tapi sesuai definisi zing yang kutemui di wikipedia, ya kurang lebih begitulah rasanya. Dan dengar, aku tidak pernah menyebutnya takdirku karena aku tidak tahu apa-apa soal itu. 

Ya kau benar, aku terlalu banyak bicara. Tapi ini adalah pengakuan tertulis pertamaku di depan khalayak. Haha kali ini anggap aku berlebihan.

Well, setelah hari itu, aku tidak pernah merasakan apapun. Kami tidak pernah berbicara satu sama lain walaupun kami bertemu setiap hari. Aku tidak pernah memiliki ketertarikan tertentu kepada lelaki ini. Ssssttt dia bukan tipeku. 

Dulu, dulu sekali. Aku lebih suka lelaki pendiam yang menggilai film atau suka menulis. Menurutku mereka keren, aku bisa berbagi cerita tentang film apa saja yang kita tonton. Dan lelaki tadi, kau tahu? Dulu aku tidak pernah benar-benar menyukainya. Ia populer, semua adik kelas perempuan mengenalnya. Lelaki macam apa itu, bagaimana kalau dulu ia jadi pacarku? Aku akan setengah mati digerogoti rasa cemburu. Dia bermain dalam band dan berkumpul dengan orang –orang populer. Dia tidak suka membaca. Kupikir pasti membosankan sekali. Dia tidak akan pernah tahu tentang buku apa saja yang aku baca hari ini.
____________________
Sudah sudah, aku terlalu banyak bicara. Akan kulanjutkan lagi cerita tentang lelaki asing ini. Btw, kau tahu? Lelaki ini akan menjemputku jam 10 nanti. Dan kami baru saja merayakan hari jadi kami yang ke dua setengah tahun.

Semesta keren ya?

#30HariMenulisSuratCinta
 Tema : First Time in Forever

Senin, 02 Februari 2015

Kita di Persimpangan



Selamat hari selasa!

Pagi ini dadaku sesak, aku susah bernafas. Entah adakah gangguan hormon yang membuat air mataku jatuh di detik berikutnya. Dan well, bagaimana pagimu? Tidurmu nyenyak semalam? Kurasa nyenyak, percakapan kita berakhir di ucapan selamat tidur yang tak kau jawab semalam.

Kau tahu Tuan, kau adalah kenikmatan dari sesap terakhir kopiku pagi ini. Kau adalah kebahagiaan yang tak pernah ingin kuakhiri. Kau adalah film kesukaan yang tak ingin kutemui ujungnya. Kau adalah potongan kembang gula yang meleleh di mulutku.

Kita sudah berjalan sejauh ini, perjalanan yang sangat menyenangkan. Aku beberapa kali tersandung dan kau menangkapku agar tak terjatuh. Tak terhitung berapa kali kita menginjak kerikil tajam dan kaki kita berdarah, tapi kita tetap bergandengan dan meneruskan perjalanan. Kita saling menyama ratakan derap langkah agar terus beriringan. Kita bertemu begitu banyak orang di tengah perjalanan.

Dan hari ini, di persimpangan ini, kita memutuskan untuk berjalan sampai disini saja. Kau memutuskan untuk pergi ke utara menikmati musim dingin, dan aku pergi ke selatan, melihat anak-anak bebek berenang. Kita saling menahan tangis di balik punggung masing-masing yang kian menghilang ditelan bayang sepekat jelaga.

Tuan, sayangku. Kenapa kita menjadi sebegini lemah dikalahkan ego? Lantas untuk apa baris-baris kalimat manis yang saling kita tukar di penghujung malam sebelum lelap? Dimana janji yang sering kita ucap saat diantara kita mulai kelelahan di tengah perjalanan?

Jadi ayo kembali. Mari kita tautkan lengan kita dan lanjutkan perjalanan kita kembali. Bukankah bersama-sama akan jauh lebih baik? Bersamamu, aku tidak pernah menjumpai ketakutan. Maafkan untuk kebodohan yang kubuat karena menyuruhmu pergi. Kemari Tuan, tidak bisa kukatakan betapa perempuan ini begitu menyayangimu.
                                                                                                                          Your Little Timi

#30HariMenulisSuratCinta

Minggu, 01 Februari 2015

Untuk Gita


Selamat datang kembali senin! Kamu tahu rasanya menjadi begitu disayangi? Hebat, rasanya luar biasa hebat. Aku baru saja merasakannya. 

Ulang tahunku sudah lewat kira-kira satu minggu yang lalu, dan hari ini di penghujung Januari, seseorang memberiku hadiah yang sangat indah. Dia adikku, Gita, saat aku diberi kesempatan mengunjunginya, ia memberiku sebuah buku yang isinya membuat air mataku jatuh, air mata bahagia tentu saja.

Bagaimana kabarmu sekarang dik? Apakah sarapanmu enak? Perutmu tidak sakit lagi kan? Belajar yang rajin ya, menghapal lah walau kamu tidak suka menghapal. Tidur yang cukup. Dua minggu lagi kita akan bertemu, kamu tidak akan pernah tahu betapa kakak bersyukur memilikimu sebagai adik. 

Nanti saat kamu pulang, ayo kita menonton film Frozen lagi, film kesukaan kita berdua yang bercerita tentang dua orang kakak beradik yang rela mengorbankan apapun demi kebahagiaan saudaranya. Minggu ini kakak berencana membeli kaset film Disney baru untuk kita tonton berdua lagi nanti. 

Untuk adikku, Gita. Kakak sangat menyayangimu melebihi apapun, walaupun kita sering bertengkar tentu saja. Tidak peduli seberapa sering kita berebut remot tv atau handuk, kamu tetaplah adik yang paling kakak sayangi satu dunia. Hiduplah dengan baik ya, banyak-banyak belajar dan jangan lupa berbahagia.

                                                                                           Dari kakak yang mencintaimu,
                                                                                                                 Syarah Tania

#30HariMenulisSuratCinta