Selamat hari selasa!
Pagi ini dadaku sesak, aku susah
bernafas. Entah adakah gangguan hormon yang membuat air mataku jatuh di detik
berikutnya. Dan well, bagaimana pagimu? Tidurmu nyenyak semalam? Kurasa
nyenyak, percakapan kita berakhir di ucapan selamat tidur yang tak kau jawab
semalam.
Kau tahu Tuan, kau adalah
kenikmatan dari sesap terakhir kopiku pagi ini. Kau adalah kebahagiaan yang tak
pernah ingin kuakhiri. Kau adalah film kesukaan yang tak ingin kutemui
ujungnya. Kau adalah potongan kembang gula yang meleleh di mulutku.
Kita sudah berjalan sejauh ini,
perjalanan yang sangat menyenangkan. Aku beberapa kali tersandung dan kau
menangkapku agar tak terjatuh. Tak terhitung berapa kali kita menginjak kerikil
tajam dan kaki kita berdarah, tapi kita tetap bergandengan dan meneruskan
perjalanan. Kita saling menyama ratakan derap langkah agar terus beriringan.
Kita bertemu begitu banyak orang di tengah perjalanan.
Dan hari ini, di persimpangan
ini, kita memutuskan untuk berjalan sampai disini saja. Kau memutuskan untuk
pergi ke utara menikmati musim dingin, dan aku pergi ke selatan, melihat anak-anak
bebek berenang. Kita saling menahan tangis di balik punggung masing-masing yang
kian menghilang ditelan bayang sepekat jelaga.
Tuan, sayangku. Kenapa kita
menjadi sebegini lemah dikalahkan ego? Lantas untuk apa baris-baris kalimat
manis yang saling kita tukar di penghujung malam sebelum lelap? Dimana janji
yang sering kita ucap saat diantara kita mulai kelelahan di tengah perjalanan?
Jadi ayo kembali. Mari kita
tautkan lengan kita dan lanjutkan perjalanan kita kembali. Bukankah
bersama-sama akan jauh lebih baik? Bersamamu, aku tidak pernah menjumpai
ketakutan. Maafkan untuk kebodohan yang kubuat karena menyuruhmu pergi. Kemari
Tuan, tidak bisa kukatakan betapa perempuan ini begitu menyayangimu.
Your Little Timi
#30HariMenulisSuratCinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar