Tentang Saya

Kamis, 13 Agustus 2015

Tahun Ketiga

02 Agustus 2015...

Hari ini, genap 3 tahun kebersamaan kita. Mereka bilang, pasangan akan mulai jenuh saat hubungan mulai memasuki tahun kedua. Kau tahu, Tuan? Tidak pernah kudapati barang sehari pun aku merasa bosan bersamamu. Aku bahkan ingin tahu bagaimana bisa bersamamu kian menjadi secandu ini. Kau tahu? Rasa sayang ini bahkan semakin luas, memenuhi dadaku. Ribuan kali aku katakan betapa aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu.

Andai kau tahu betapa bersemangatnya aku tiap kali kita mulai membicarakan perihal masa depan, bagian kesukaanku adalah bagaimana kita menghabiskan malam dengan membicarakan apa yang akan kita lakukan selanjutnya, bagaimana kau mulai bekerja dan mulai menabung, dan ya kita akan menikah. Begitu kau selalu bilang. Kita akan menikah. 

Aku kerap membayangkan kelak saat kita akan benar-benar bersama, kau tidak perlu mengantarku pulang setelah kita menonton film kesukaan kita di bioskop, karena ya kita akan pulang ke rumah yang sama. Aku mulai membayangkan bagaimana kita akan berkencan di akhir pekan, sekedar pergi ke mall atau piknik.

Di pagi kita, kau mungkin akan menemukan satu stel pakaian kerja yang aku gantungkan di pintu lemari. Atau kau mungkin akan menemukan sepiring menu sarapan favoritmu di meja makan atau sepatu pantofel hitammu yang telah mengkilat padahal baru kemarin berlumuran tanah karena seperti biasa, kau tak pernah menghiraukan langkah meski saat itu sedang musim hujan.

Sesampainya di kantor, kau mungkin akan menemukan dasi di dalam tas kulit berwarna hitammu karena aku tahu kau selalu lupa mengenakan dasi meski sudah kugantungkan berbarengan dengan stelan pakaian kerjamu, maka aku berinisiatif meletakkan dasi cadangan di sana.

Kau mungkin akan menemukan pesan-pesan singkatku yang mengingatkanmu untuk tak lupa menyantap makan siangmu karena aku tahu kau terlalu sibuk untuk mengangkat teleponku.

Sesampainya di rumah, kau mungkin akan menemukan pintu yang tak kukunci, atau lampu ruang tamu yang tak kumatikan, atau hidangan makan malam yang sudah terlalu dingin untuk kaumakan. Kau mungkin pula menemukanku yang tertidur di sofa ruang tengah dengan televisi masih menyala karena aku tak sengaja tertidur saat menunggu kepulanganmu.

Kau mungkin akan menemukanku terkejut bangun dan merapikan pakaianku saat melihatmu pulang dan ikut membantu melepaskan kemejamu, mengumpulkannya, lalu meletakkannya ke tumpukan baju kotor dan menyiapkan air hangat untukmu agar kau merasa nyaman saat mandi.

Kau mungkin akan menemukanku menungguimu mandi di ujung tempat tidur dan terkesiap bangun saat kau keluar dari kamar mandi, bergegas memberikan baju tidurmu dan mungkin secangkir susu kalau kau sedang mau.

Aku akan menghabisakan malam kita yang panjang didalam dekapmu, kita juga akan bertukar cerita tentang apa saja yang kita lewati seharian ini. Aku juga akan merasakan lenganmu yang memelukku erat dan bibirmu yang mengecup keningku pelan-pelan lalu mengatakan, “semoga esok harimu lebih menyenangkan,” saat aku mulai terlelap.

Aku tahu hidup akan seindah itu. Aku tahu kita akan saling membahagiakan seperti yang telah kita lakukan dalam 3 tahun ini. Terima kasih karena tidak pernah beranjak dari sisiku, terima kasih karena selalu ada di saat-saat tersulit dalam hidup, terima kasih karena telah membuatku merasa begitu disayangi.
Aku mencintaimu, Tuan. Selamat tiga tahun.

Kamis, 30 April 2015

Bulan ke-33

02 Mei 2015

 
Hari itu kami masih sama-sama sangat muda. Saya bahkan belum genap 17 dan belum berani menyebrang jalan sendirian. Lalu dia datang, dan saya bergumam “ Tuhan, mungkin saja dia, mungkin dia orangnya”. Pernahkah kamu bertemu seseorang lantas kamu merasa ada kupu-kupu beterbangan di dalam perutmu? Pernahkan kamu merasa pipimu menjadi kemerahan saat mata kalian pertama kali bertemu? Pernahkah kamu merasakan seperti berada dalam novel-novel roman kesukaanmu?

Ketika ia datang, saya lantas berpikir “ Mungkin saja ia adalah pria yang mendiami doa-doa saya, mungkin saja ia adalah pria yang ada dalam benak saya saat melihat pangeran dalam film-film Disney kesukaan saya”.

Hingga hari ini, bertahun-tahun setelah hari itu. Pria ini tetap sama mengagumkannya. Ia adalah pria yang sama yang berada pada masa-masa tersulit dalam hidup saya, ia tetap pria yang sama yang berada di barisan terdepan dalam membahagiakan saya.

Bagaimana saya tidak jatuh hati bila ia saja tetap pria yang sama yang terus-terusan mengalah demi membuat saya tersenyum, pria yang tetap membelikaen saya es krim di sisa uang jajan terakhirnya, pria yang tetap mengantar saya kemanapun saya ingin pergi bahkan saat ia begitu tengah kelelahan sehabis futsal.

Ia juga pria yang sama yang begitu merasa bersalah saat saya marah, pria yang mengenalkan saya pada teman-temannya dengan begitu bangga, pria yang meminta maaf terlebih dahulu bahkan pada kesalahan yang bukan miliknya.

Ia pria yang lembut, yang tidak pernah mengabaikan,  yang tidak pernah mengeluh, bahkan saat saya tengah begitu menjengkelkan.  Lalu bagaimana lagi saya harus bersyukur untuk pria yang tidak pernah memberi saya kesempatan untuk bersedih ini, Tuhan?

Harus berapa kali lagi saya katakan bahwa saya ingin terus bersamanya, pria yang akan mendekap saya dengan penuh kesabaran, pria yang akan tetap berdiri tegak dalam kelemahan-kelemahan saya, pria yang tak pandai menuntut apa yang tak saya miliki. Pria yang mencintai saya bukan karena mencari yang terbaik, tapi bersedia menggenapinya.

Selamat 33 bulan.

With Love,


Your Timi,

Kamis, 16 April 2015

Hingga Akhir

Saya tidak memikirkanmu di setiap waktu. Saya memikirkanmu di setiap doa. - falafu

Aku ingin bisa menyayangimu dengan baik.
Memberimu cinta yang tidak membuatmu kehilangan dirimu sendiri. Aku tidak ingin menjadi istri yang mempermasalahkan warna kemeja yang kamu pilih. Aku tidak ingin menjadi istri yang mempermasalahkan siapa yang lebih banyak mengalah pada siapa. Aku juga tidak ingin menjadi ibu yang harus bicara lantang, hanya agar didengarkan oleh anak-anak kita. Kita akan membesarkan mereka tanpa memberi mereka ketakutan pada hidup ini. Berjanjilah padaku.

Aku ingin bisa menyayangimu dengan baik.
Memberimu cinta yang tidak membuatmu lupa bahwa kamu sedang dicintai. Bahwa kamu punya rumah yang selalu menunggumu pulang. Bahwa kita selalu memiliki jeda yang bisa kita bagi saat bersama di dalamnya. Becerita tentang seberapa banyak manusia menyebalkan yang kamu temui hari ini, dan berapa jumlah lampu merah yang membuatmu lelah.

Aku ingin bisa menyayangimu dengan baik.
Memberimu cinta yang tidak membuatmu lupa bahwa terkadang mengecewakan adalah bagian dari upaya kita bertahan hidup. Bahwa kamu punya aku yang akan tetap mencintaimu walau dalam kemarahanku yang paling pekat. Bahwa kita akan punya waktu untuk saling mengatakan hal buruk yang semestinya diungkapkan. Bahwa kita akan saling belajar memahami, bahwa ada kejujuran yang pahit saat ditelan—namun kita akan menelannya selayaknya obat. Saat kamu pulang kerja terlalu larut dan aku terlalu lelah untuk memakluminya. Dan saat kita berbohong untuk sesuatu yang tidak semestinya dilakukan. Hari di mana kita mengingat bahwa manusia, pada akhirnya hanyalah manusia.

Aku ingin bisa menyayangimu dengan baik. Memberimu cinta yang tidak membuatmu lupa bahwa memaafkan adalah sebenarnya cinta yang bisa kita bagi. Hinga akhir.
-Falafu

Sabtu, 14 Februari 2015

Count On Me

Hai.

Aku pernah berjanji untuk terus menulis surat di hari ulang tahunmu. Dan ya, hari ini aku melakukannya lagi. Percayalah bahwa aku hanya bersedia menulis surat untuk orang-orang spesial, dan kamu tahu itu berarti apa.

Ini hampir genap enam bulan sejak terakhir kita meninggalkan kampus. Enam bulan sejak kita mengabadikan foto kelulusan. Beberapa kali kita bertemu setelahnya, beberapa kali kita berkirim pesan, atau aku sekedar melihat foto liburan yang kamu unggah di internet, berharap suatu hari aku bisa mengunggah foto-foto dengan latar belakang pantai atau langit sore yang indah bersamamu atau foto kita tersenyum lebar dengan es krim meleleh di tangan kita.

Kamu ingat? Pernah di suatu pagi di tahun rahasia, kamu bertanya padaku, “Dek, kamu punya teman yang begitu kamu sayangi?” Saat itu aku hanya tersenyum mendengar pertanyaanmu. Lalu hari ini dengan yakin aku menjawabnya, tentu aku punya. Aku punya teman yang begitu aku sayangi, kamu salah satunya. Kamu tahu aku tidak pandai membual, jadi kumohon percayalah. Kita mungkin pernah berselisih paham, namun percayalah, aku akan menjadi orang yang paling sedih jika itu terjadi lagi.

Kamu adalah lawan bicara yang menyenangkan, kita bisa saling melempar lelucon berjam-jam tanpa bosan, dan boleh kukatakan, kita sering memiliki pemikiran yang sama, selain nama belakang yang juga sama tentunya. Kita boleh jadi tidak selalu berkomunikasi, tapi kumohon, ceritakan padaku keluhanmu, kirimi aku pesan saat harimu sedang tidak baik, bagilah aku ceritamu ketika kamu rasa dunia tengah mencurangimu.

Hari ini, kamu telah tiba di 15 Februari kepunyaanmu lagi. Selamat ulang tahun sahabatku. Banyak-banyaklah berbahagia, Jangan pikirkan begitu banyak kemungkinan yang membuat harimu buruk, teruslah besemangat akan mimpi-mimpimu, mereka semakin dekat. Aku tidak sabar menunggu cerita dari petualangan-petualangan besarmu. Kamu bisa mendaki gunung manapun di muka dunia, melintasi lembah manapun, bersama siapa pun. Tapi ingatlah. Aku punya telinga yang selalu menunggu untuk kau bagi ceritanya.

Aku menyayangimu sahabatku, Getha Tania yang tengah berulang tahun.

You can count on me like 1, 2, 3
I'll be there
And I know when I need it
I can count on you like 4, 3, 2
And you'll be there
'cause that's what friends are supposed to do oh yeah

#30HariMenulisSuratCinta 

Jumat, 06 Februari 2015

I'm Lucky I'm In Love With my Best Friend



Para pujangga bilang, orang yang beruntung adalah mereka yang menikahi sahabatnya sendiri. Rasanya tentu luar biasa menyenangkan. Menikahi seseorang yang dengannya kamu menghabiskan hampir seluruh usia. Lalu di jatah usia sisanya, ia masih sama setianya.

Menikahi dia,
Seseorang yang bersamanya kamu pernah belajar bagaimana cara membaca dan berhitung.
Seseorang yang pernah menyaksikan kamu cemberut sepanjang hari di sekolah karena kuncir kuda mu tidak sama tinggi.
Seseorang yang menertawakanmu karena gigi depanmu tanggal.
Seseorang yang pernah membantumu menyebrang jalan untuk pertama kali.

Kau bahkan tidak pernah menduga bahwa ia adalah takdirmu.
Saat kalian belum genap 15, ia pernah meledekmu saat kau belum punya pacar.
Ia pernah dengan tidak sengaja menjatuhkan telepon genggammu, dan kau mendiamkannya selama seminggu saat kalian sama-sama duduk di bangku smp.
Ia bahkan pernah menggodamu saat kau menggunakan make up untuk pertama kali.

Saat masuk sma, ia pernah marah padamu karena seorang anak laki-laki berusaha menawarkan tumpangan untuk mengantarmu pulang.
Ia pernah mencubit pipimu saat kau marah karena ia mengalahkanmu dalam permainan ps.
Saat kalian lulus, ia berusaha keras agar dapat masuk ke universitas sama seperti yang kau mau.

Saat ulang tahunmu yang ke 22, ia adalah orang pertama yang mengetuk pintu rumahmu tepat pukul 12 dan membawa boneka karakter kesukaanmu dalam ukuran besar.

Hingga hari ini, ia datang kepada ayahmu meminta untuk diizinkan menikahimu. Ia menahan diri agar tak melompat kegirangan sesaat setelah ayahmu mengangguk dan berkata “ya”.

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again

Listening : Jason Mraz – Lucky

#30HariMenulisSuratCinta

Rabu, 04 Februari 2015

Suatu Hari

Suatu hari, kita mungkin akan mengingat hari ini. tentang jemari yang saling bertautan, ada kekuatan di sela-selanya. 
Saling menenangkan, menyembunyikan gemetar menunggu esok kita yang akan segera tiba. 
Tentang rencana-rencana yang kita susun di masa tua.
Tentang harapan yang sering kutuang lewat aksara.

Juga tentang hidup yang tak pernah mudah. 

Kita adalah dua anak manusia yang tengah memendam cemas, “aku disampingmu” begitu bisikku berkali-kali saat kau hampir menyerah.
Dunia selalu begini, sayang. seharusnya kita saling tersenyum menguatkan.

Bukankah kita ingin mewujudkan mimpi-mimpi yang kita tulis dalam toples permohonan?

Yang harus kita lakukan adalah terus melangkah, suatu ketika, hari akan menjadi senja, kelak kita pun akan menuju senja-Nya setelah mimpi kita berwujud nyata. 

#30HariMenulisSuratCinta