Tentang Saya

Sabtu, 15 Februari 2014

Kerikil





Ini surat yang kesekian yang pernah kutuliskan untuk kamu, kumohon jangan bosan. Bersediakah kamu membaca surat ini diiringi deretan lagu romantis favorit kita di playlist handphone-mu?

Jangan mencari nama pengirim surat ini karena kupastikan kamu tidak akan menemukannya, tapi aku percaya saat kamu mulai membaca surat ini kamu akan tahu siapa yang dengan tulus menulisnya.

_____

Hai kesukaan, kurasa kita menghadapi hari-hari yang cukup berat akhir-akhir ini. Ada beberapa kerikil kecil yang tengah berusaha menghadang langkah kita. Cukup melelahkan bukan?  

Kenakan sepatu terbaikmu ya, eratkan tautan jemari kita, tetaplah sama ratakan derap langkah kita, Tuan. Akan ada banyak kerikil atau bisa jadi batu yang lebih besar yang akan kita hadapi. Tetap percayalah, kita-dua anak manusia yang tengah jatuh cinta, cinta yang lebih digdaya dari kerikil-kerikil kecil itu.

Kita pernah beberapa kali berusaha saling memalingkan badan, berusaha saling meninggalkan. Ingat, kan? Waktu itu di persimpangan, kita lebih memilih kerikil-kerikil itu menghentikan langkah kita. Lalu aku memutuskan berjalan ke timur, lalu kamu ke barat. Di pertengahan jalan tak bermarkah itu, kita saling menyesal lalu berusaha saling menemukan kembali. Kita menggenggam lengan masing-masing lebih erat dari sebelumnya. 

Mari terus berjalan, temukan lebih banyak kerikil dan singkirkan bersama.

Dari aku - seseorang yang kau janjikan akan menemaniku mendayung perahu bersama di Venice, dengan cinta.


#30HariMenulisSuratCinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar