Kemarin belum jauh dari hari ini, aku
dikecewakan oleh dia yang padanya aku relakan seluruh perasaan sayang paling
tulus yang pernah kupunya.
Kemarin aku merasakan bahagia yang memenuhi
dadaku, ketika aku adalah satu-satunya wanita yang berhak atas setiap lengkung
senyumnya.
Kemarin nada terindah yang menenangkan itu
hanya dari pita suaranya, lembut memanggil namaku.
Kemarin setiap peluknya menjadikan tempat
teramanku di seluruh dunia.
Kemarin hanya kecupannya yang selalu mampu
melumerkan keegoisanku.
Dan kemarin cukup menjadi kemarin, aku benci
untuk menyadari bahwa aku tengah menulis ini, mengingat-ingat tentang kamu lalu
menangis.
Mereka bilang aku bodoh terlalu naif untuk
berharap bahwa kamu yang tadinya pergi akan menyadari aku-wanita dengan pecahan
hati disana sini, lalu memutuskan untuk kembali.
Mungkin mereka tidak keliru untuk ini,
sayangnya aku memang terlalu bodoh untuk menggunakan akal sehatku yang
berteriak “Hey, berhenti menangisi dia, mengharapkan lelaki yang seujung
rambutnya pun tak pantas untuk mendampingimu! Kau terlalu baik untuk sekedar
menjadi wanitanya!”
Dan cacatnya, perkataan terakhir kamu itu
selalu berhasil memenuhi otakku.
“Jangan mencemaskan apapun, semuanya akan
baik-baik saja terlebih kalau kita sudah tidak bersama lagi nantinya. Ingat ya
aku pernah mengatakan ini, aku akan kembali padamu! Sungguh aku tidak akan
berusaha mengingkari janji itu. Aku tidak yakin untuk terbiasa menjalani hariku
tanpa kamu, tapi aku akan mencoba keras untuk itu. Aku memutuskan ini bukan
untuk keegoisanku, tapi untuk membuat semuanya menjadi lebih baik,hubungan
kita. Jika nantinya ditengah perjalanan kau menemukan pria yang lebih baik dari
aku, aku terima. Tapi ingatlah! Aku selalu memperjuangkan untuk bersamamu
kelak, perpisahan ini hanya sementara, aku kembali padamu dan kita menjadi
bahagia, selamanya”
Seingatku, itu terakhir kali kamu
menenangkanku dan menahanku untuk tidak menangis.
Selebihnya? Aku terjebak pada hari-hari yang
menyakitkan untuk kujalani, menyadari kamu bukanlah lagi seseorang yang mampu
merangkul gelisahku, kamu pergi,ya aku dihadapkan pada kenyataan bahwa KAMU
PERGI. Mimpi buruk!
Dan aku disini, berusaha keras melewati mimpi
buruk itu, menyebalkan memang tapi begitu menyenangkan begitu berhasil
dijalani.
Ya, tolong garis bawahi untuk kata berhasil
itu! Aku tahu untuk satu hal “BAHWA KAMU AKAN MENJADI PRIA PALING MENYESAL DI
SELURUH DUNIA KARENA MEMBIARKAN AKU MENANGIS!!”
HARI INI, aku tersenyum lagi tapi bukan kamu
penyebabnya! Aku sudah cukup mandiri untuk sekedar tersenyum lagi, hariku
terlalu indah untuk kamu hancurkan, dan aku terlalu sempurna untuk menjadi
seseorang yang pernah kamu lukai hatinya.
Aku mulai tersenyum ketika menulis bagian
ini, menyenangkan sekali.
Lalu apa?
Setelah semuanya menjadi jauh lebih baik,
melebihi apapun. Karena ketahuilah tidak ada perasaan yang lebih melegakan
selain berhasil bangkit dari keterpurukan, kebodohan lebih tepatnya.
Kamu kesini, kembali-
Kamu kembali menawarkan janji yang pernah kamu
lafalkan saat terakhir memutuskan pergi. Ya Tuhan, kamu bukan menawarkan, kamu
memohon untuk menjadikanku wanitamu lagi, ini berita paling baik yang pernah
kudengar. Bukan karena aku berencana untuk kembali padamu, tapi tepatnya aku
tahu bahwa kamu lebih dari sekedar menyesal karena menyia-nyiakan aku. Sekarang semua orang bisa menyaksikam siapa
yang berhak tertawa lebih keras?
Tapi sayangnya, aku sudah menjadi jauh lebih
pintar dari terakhir kali kamu bodohi.
Dan apakah kamu pikir aku akan dengan senang
hati menerimanya? Oh tidak sayang, aku jauh lebi berkelas dari itu! Dan
sekarang aku cukup tahu untuk tidak menemukan pria sejenis kamu lagi, aku tahu
Tuhan sedang meyiapkan pria baik untuk wanita baik, bukankah itu janji Tuhan?
Dan aku akan menunggu tibanya.
Sunday, 21th of May ‘12
4:51 pm