Karena aku sudah
terlanjur mencintaimu, seperti rahim yang tak mungkin menelan lagi anaknya.
Sekalipun laba-laba telah membangun sarangnya dalam hatimu, sesungguhnya aku
tidak ingin keluar atau biarlah di dalamnya aku disekap! Dengan nafas yang
terengah-engah, teriring isak yang tersandung-sandung di tenggorokan, inilah
aku yang betapa ingin membangkitkanmu yang tergeletak. Mungkin ini garis
terberat aku mencintaimu. Ada baiknya aku memohon ampun, mengakui kelemahan,
menjunjung tinggi belas kasihan dan tak lupa berterima-kasih. Sayang, aku tidak
hanya ingin sekadar ada, tetapi siap dan lagi bisa. Bila lengah mata melihat
atau lelah pundak memikul, ketahuilah langkahku tetaplah engkau!
Aku ingin terlempar untuk membentur bola matamu, lalu terus menggelinding
di atas tiap esokmu. Bagiku, wajah yang dipukul telak masih lebih ringan
daripada tidak dipeluk kamu di saat-saat seperti ini. Karena tidak dicintaimu
adalah sesuatu yang baru, yang membuatku merasa asing di antara segala hati
yang membuka pintunya.
Di dalam tubuhku, di dalam hidupku, kaulah darahku, alasan degup
jantungku! Kini aku merasa bahwa hatimu telah menelanku hidup-hidup. Apakah aku
melantur? Tidak. Aku hanya takut menjadi bangkai di dalam hatimu. Itu saja
-zarry hendrik-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar