Tepat pukul 02.00 AM disini, bukan, aku bukan sedang terserang insomnia
atau apapun. Aku memutuskan untuk bangun satu jam yang lalu untuk menyelesaikan
tugas makalah dan powerpoint yang nyaris saja belum kuselesaikan semalam karena
mengantuk. Jadi aku putuskan untuk bangun sekarang, dan beruntungnya, aku
dibangunkan oleh seseorang yang teramat spesial, via telepon tentunya.
Sudahkah
aku menceritakan tentang lelaki ini? Lelaki yang selalu membuat hatiku dipenuhi
taman bunga setiap harinya.
Well,
sekarang aku mungkin bisa percaya kalimat yang katanya “Jika sedang jatuh cinta,
kenyataan bahkan terasa jauh lebih indah daripada mimpi”
Aku
tahu sekarang seperti apa rasanya. Seperti ingin terus terjaga sampai waktuku
termakan usia.
Lelakiku ini,
aku bahkan belum menemukan bagian mana pada dirinya yang mampu membuatku
sejatuh cinta ini.
Kami sudah
beberapa tahun terakhir saling mengenal, dan jujur aku tidak menganut paham ‘love at the first sight’ seperti orang
kebanyakan. Kami bertemu sewaktu SMA di kelas sebelas tepatnya. He’s not kind of boy I wanna be with
awalnya, dia populer, dikenali seantero siswa, dikagumi banyak adik kelas
perempuan, itu yang aku dengar dari teman kebanyakan waktu itu.
Dia bukan
seorang pujangga puitis yang lihai
menyulam kata, dia juga bukan anak emas di sekolah yang selalu diikutkan dalam
olimpiade akademis, dan yang aku tahu dia tidar
pinter-pinter amat. Membayangkan untuk menjadi wanitanya pun tidak pernah.
Ya mungkin
ini istimewanya cinta, haha. Kami justru mulaidekat ketika berpisah dan lulus
dari sekolah itu, entah dari mana mulanya, yang aku tahu dia-perlahan-dan-pasti
mulai merebut perhatianku, dia hebat!
Aku bisa jadi
perempuan paling gila jika berada disampingnya, menjaga agar dadaku tidak
meledak kegirangan, mendengar cerita-cerita ajaibnya, mimpi-mimpi maha
indahnya, sesempurna itu. Dan pernah sewaktu itu, dia menatapku lekat, memegang
tanganku lalu mengecupnya dan berbisik “Aku akan menikahimu suatu hari nanti”
Kau tahu
rasanya seperti apa? Aku merasakan ledakan nuklir kebaagiaan dalam otakku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar