"Aku bukan angsa cantik dengan bulu putih mulus dan bersih, Inilah aku, anak bebek dengan bercak lumpur di sana sini."
Pernah aku jatuh cinta pada seorang pria, sangat jatuh cinta. Jatuh cinta yang begitu dalam. Aku menggantungkan banyak harapan padanya, hingga suatu hari ia mengecewakanku. Mematahkan harapanku berkeping-keping. Bukan lagi mematahkannya, aku rasa. Ia menghancurkannya.
Ia, pria yang aku sayangi dan mengaku menyayangiku itu kemudian memilih orang lain untuk menjadi wanitanya. Lalu aku, ditinggalkan begitu saja.
Luka yang ia tinggalkan begitu dalam, aku berusaha mengobatinya perlahan dan mencoba menyatukan kepingan-kepingan harapan yang remuk tadi, menempelnya satu demi satu dan memastikan tidak ada bagian yang hilang.
-------
Siapa yang ingin, luka mereka digoresi luka baru di tempat yang sama dengan "pisau" yang berbeda? Aku rasa tidak ada.
Aku hanya tidak ingin seperti dulu, terpuruk jatuh, terperangkap di dalam luka yang paling dalam dan sulit untuk merangkak keluar.
Pernah kamu mengatakan, "Hei, jangan menyerah", tapi kau seolah membuatku lelah dan ingin menyerah. Membuatku ingin pergi dengan sendirinya tanpa perlu repot-repot kauusir.
Maka, di sinilah aku. Jauh-jauh darimu, mencoba menjaga agar jarakku dan kamu seperti ini saja, agar aku tidak menjadi lebih terluka.
Dengan siapa pun atau bagaimana pun kamu nanti, aku akan (mencoba) bahagia.
Tentu saja, orang yang mengatakan akan turut bahagia bila orang yang ia sayangi memilih orang lain, itu hanya di mulut saja. Pada kenyataannya, rasa sakit itu tetap ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar