Tentang Saya

Sabtu, 17 September 2011

dear my altair... #2

Hari pertama libur tidak seperti yang diharapkan, lagi-lagi membosankan. Aku hanya menghabiskan waktu berkeliling di dunia maya, memenuhi dinding blog-ku dengan catatan-catatan tak penting, membalas pesan-pesan yang menumpuk di email dan facebook-ku, dari teman-teman sekolahku dominannya. Mereka mengajukan pertanyaan yang nyaris sama “Bagaimana Liburanmu,Sam?”. Oh lord, sangat membosankan.
           
Tapi jujur saja aku paling tidak suka menghabiskan waktu berlama-lama di dunia yang menurutku sama sekali tak real itu. Aku pun mendiskonekkan sambungan internet.
            “Saaaammm… sammy…” Teriakan khas mama menggelegar dari lantai bawah. Bukannya aku sedang ber-hiperbola, tapi itulah kenyataannya. Tanpa menyahut aku langsung beranjak dari atas tempat tidur pink-ku yang cukup berantakan hari ini.
            “Haaaattttssyimmm” Aku menggaruk hidungku yang teramat gatal.Masakan mama memang tak perlu diragukan lagi cita rasanya, tapi aku tetap harus jujur bahwa aromanya sangat mengganggu hidungku.
            Aku menuruni tangga marmer menuju dapur dengan langkah gontai, efek liburan membuat tingkat kemalasanku bertambah parah. Dengan beberapa langkah saja aku sudah menghadap ke hidangan diatas meja lingkaran dengan warna kristal hijau vodka yang terkesan mewah. Pempek kapal selam yang menjadi menu wajib keluargaku terlihat sangat menggiurkan. Mama cukup terampil membuat makanan khas kotaku ini, mengherankan memang, betapa tidak, mama memang bukan orang asli kota ini melainkan perantauan ibukota yang diwajibkan pindah karena tuntutan profesinya. Dan ternyata disinilah mama bertemu dengan papa dan menikah.
            Well, perutku hari ini juga tidak cukup bersahabat. Aku hanya memakan beberapa sendok nasi tanpa menelannya. Dan kau tahu itu artinya apa? Aku harus rela mendengar omelan mamaku hanya gara-gara hal yang menurutku sangat sepele ini.
            “Sammy, jangan membuang-buang makanan begitu saja, kau pasti tak ingin kan dewi padi marah?” Mama mendelik padaku sambil mengunyah sisa-sisa makanannya
            “Oh,please mom. Itu hanya dongeng sebelum  tidur untuk anak kecil, dan lihat! Aku sudah jauh dewasa daripada 10 tahun yang lalu”
Aku memasang tampang memelas dengan harapan lepas dari kewajiban menghabiskan sisa nasi di piringku. Tanpa melihat ekspresi apapun di wajah mamaku, aku langsung meninggalkan meja makan dengan perut super enek. Mama hanya mengedikkan sebelah pundaknya sambil berlalu.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar