Hari ini kita duduk di ruang
tengah rumahku, saling berebut memulai cerita tentang apa saja yang kita lewati
seharian ini. Kamu bilang kakimu terkilir selepas bermain futsal dan aku bilang
hari ini kuliahku membosankan. Lantas kamu mengomeliku perihal ‘aku yang paling
susah disuruh makan’ dan aku merengek perihal kamu yang terlambat mengirimiku
ucapan selamat pagi lewat pesan singkat hari ini.
Aku jatuh cinta dengan telak
kepadamu,Tuan. Kamu tahu aku cengeng kan? Maka jangan pernah beranjak barang
sehasta. Aku bahkan belum pernah berencana untuk jatuh cinta padamu sejauh ini
sebelumnya.
Kalau aku tidak salah ingat, ada
sebuah hari rahasia di pertengahan tahun 2009. Kita dan seragam putih abu-abu,
kamu masuk kedalam kelas dan aku melanjutkan merapikan buku-buku didalam tas.
Hari-hari setelah itu melaju seperti biasa, tanpa jeda.
Lalu semesta berkonspirasi, ia
mempertemukan kita lagi di pertengahan 2012. Kamu dengan mata teduh berkekuatan
magis itu menyita perhatianku. Aku berani bertaruh, sebelum ini kita mampu
menghitung jumlah percakapan kita di sekolah dulu dengan jumlah bilangan jemari
tangan dan kaki. Kemudian…
Sampai kamu memintaku menjadi
wanitamu. Terimakasih untuk telah bersedia menggenapiku, selalu berusaha berada
di barisan nomor satu membahagiakanku. Terimakasih karena telah berusaha
mendekatkan diri kepada keluargaku. Terimakasih terimakasih.
Dan semoga kamu, adalah
seseorang yang padamu aku akan dihalalkan, semoga kamu, seseorang yang satu
shaf dibelakangmu aku akan melakukan setiap bilangan rakaat sholatku.