Hari ini, genap 3 tahun kebersamaan kita. Mereka bilang, pasangan akan mulai jenuh saat hubungan mulai memasuki tahun kedua. Kau tahu, Tuan? Tidak pernah kudapati barang sehari pun aku merasa bosan bersamamu. Aku bahkan ingin tahu bagaimana bisa bersamamu kian menjadi secandu ini. Kau tahu? Rasa sayang ini bahkan semakin luas, memenuhi dadaku. Ribuan kali aku katakan betapa aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu.
Andai kau tahu betapa bersemangatnya aku tiap
kali kita mulai membicarakan perihal masa depan, bagian kesukaanku adalah bagaimana
kita menghabiskan malam dengan membicarakan apa yang akan kita lakukan
selanjutnya, bagaimana kau mulai bekerja dan mulai menabung, dan ya kita akan
menikah. Begitu kau selalu bilang. Kita akan menikah.
Aku kerap membayangkan kelak saat kita akan benar-benar bersama, kau tidak perlu mengantarku pulang setelah kita menonton film kesukaan kita di bioskop, karena ya kita akan pulang ke rumah yang sama. Aku mulai membayangkan bagaimana kita akan berkencan di akhir pekan, sekedar pergi ke mall atau piknik.
Aku kerap membayangkan kelak saat kita akan benar-benar bersama, kau tidak perlu mengantarku pulang setelah kita menonton film kesukaan kita di bioskop, karena ya kita akan pulang ke rumah yang sama. Aku mulai membayangkan bagaimana kita akan berkencan di akhir pekan, sekedar pergi ke mall atau piknik.
Di pagi kita, kau mungkin akan menemukan satu
stel pakaian kerja yang aku gantungkan di pintu lemari. Atau kau mungkin akan
menemukan sepiring menu sarapan favoritmu di meja makan atau sepatu pantofel
hitammu yang telah mengkilat padahal baru kemarin berlumuran tanah karena
seperti biasa, kau tak pernah menghiraukan langkah meski saat itu sedang musim
hujan.
Sesampainya di kantor, kau mungkin akan menemukan
dasi di dalam tas kulit berwarna hitammu karena aku tahu kau selalu lupa
mengenakan dasi meski sudah kugantungkan berbarengan dengan stelan pakaian
kerjamu, maka aku berinisiatif meletakkan dasi cadangan di sana.
Kau mungkin akan menemukan pesan-pesan singkatku
yang mengingatkanmu untuk tak lupa menyantap makan siangmu karena aku tahu kau
terlalu sibuk untuk mengangkat teleponku.
Sesampainya di rumah, kau mungkin akan menemukan
pintu yang tak kukunci, atau lampu ruang tamu yang tak kumatikan, atau hidangan
makan malam yang sudah terlalu dingin untuk kaumakan. Kau mungkin pula
menemukanku yang tertidur di sofa ruang tengah dengan televisi masih menyala
karena aku tak sengaja tertidur saat menunggu kepulanganmu.
Kau mungkin akan menemukanku terkejut bangun dan
merapikan pakaianku saat melihatmu pulang dan ikut membantu melepaskan
kemejamu, mengumpulkannya, lalu meletakkannya ke tumpukan baju kotor dan
menyiapkan air hangat untukmu agar kau merasa nyaman saat mandi.
Kau mungkin akan menemukanku menungguimu mandi di
ujung tempat tidur dan terkesiap bangun saat kau keluar dari kamar mandi,
bergegas memberikan baju tidurmu dan mungkin secangkir susu kalau kau sedang
mau.
Aku akan menghabisakan malam kita yang panjang
didalam dekapmu, kita juga akan bertukar cerita tentang apa saja yang kita
lewati seharian ini. Aku juga akan merasakan lenganmu yang memelukku erat dan
bibirmu yang mengecup keningku pelan-pelan lalu mengatakan, “semoga esok harimu
lebih menyenangkan,” saat aku mulai terlelap.
Aku tahu hidup akan seindah itu. Aku tahu
kita akan saling membahagiakan seperti yang telah kita lakukan dalam 3
tahun ini. Terima kasih karena tidak pernah beranjak dari sisiku, terima kasih
karena selalu ada di saat-saat tersulit dalam hidup, terima kasih karena telah
membuatku merasa begitu disayangi.
Aku mencintaimu, Tuan. Selamat tiga tahun.